Jumat, 17 Juni 2011

Hari Ibu



Selasa sore, aku berkumpul bersama teman-teman lama SMP di rumah Ana. Senang sekali rasanya bisa berkumpul bersama seperti dulu. “Hai, gimana sekolah kalian di SMA?” tanyaku pada mereka semua. “Menyenangkan. Bagaimana denganmu?” tanya Ana. “Menyenangkan juga,” jawabku.
Beberapa saat kemudian terlihata Chasa sedang berlari terburu-buru dari kejauhan. “Cha, jangan lari nanti kamu jatuh. Hahahahaa!” ledek ana. “Darimana kamu?” tanyaku. “Beli bunga,” jawab Chasa sambil menunjukan bunga plastik yang baru saja ia beli. “Wah, cantik banget. Buat pacar kamu ya?” ledek ku. “Eh enak saja masa cowok dikasih bunga? Yang bener aja? Ini buat mama aku tau!” jawab Chasa. “Tumben kamu beli bunga buat mama kamu? Disuruh nyiram bunga aja kamu ngga mau, tapi aku juga mau beliin sesuatu lho buat ibu aku,” kata Ana. “Ko tumben sih? Emangnya mau ada apaan?” tanyaku bingung. “Capek deh, kamu itu pinter tapi lola juga ya!” ledek Chasa. “Iya nih,” sambung Ana. “Eh beneran deh,” kataku. “Sekarang aku tanya, hari ini tanggal berapa,” kata Chasa. “Berapa, An?” tanyaku pada Ana. “Kok malah tanya aku sih? Kan kamu yang ditanya?” kata Ana. “Udah deh jawab aja,” pintaku. “21,” teriak Chasa. “Aduh jangan kenceng-kenceng dong! Aku juga ga budeg kali,” kataku. “Habisnya kamu lola sih, aku jadi kesel kan,” kata Chasa. “Oke deh sekarang tanggal 21, terus?” tanyaku lagi “Aaaarrrgggh, Shintaa!” teriak Ana dan Chasa. “Oke, oke, tenang, tarik napas, bagus,” kataku. “Heh, bener-bener ya kamu itu anak durhaka,” kata Ana. “Tunggu sebentar, sepertinya aku ingat sesuatu. Hah, iya kamu benar, besok adalah Hari Ibu,” kataku. “Dasar lola,” gerutu Ana. “Aku akan kasih ke ibu sesuatu yang beda besok,” kataku. “terserah deh,” kata Chasa.
Kemudian aku pulang. Malamnya aku menyalakan alarmku pukul 04.30 dan akupun terlelap. Alarmpun berdering, akupun bangun danmerapikan kamarku secepat dan setenang mungkin lalu keluar kamar seperti maling menuju dapur dan mengambil sapu. Pagi itu aku menyapu lantai dengan bersih sampai tidak ada kotoran yang tersisa. Kemudian aku mencuci piring di kamar mandi supaya tidak berisik dan ibu akan bangun. “Ini pasti akan menjadi kejutan untuk Ibu kalau bangun nanti,” gumamku. Kemudian aku mandi, setelah itu aku keluar rumah menuju rumah tetanggaku. Tenang saja aku sudah bilang kemarin kalau jam lima pagi aku akan datang dan ikut memasak masakan kesukaan ibu disana supaya ibu tidak mencium aroma sedapnya. Setelah itu aku buru-buru pulang, dan ternyata ibu belum bangun padahal sudah jam lima seperempat. “Ibu mungkin kalau bangun akan tergesa-gesa menyiapkan makanan,” gumamku. Kemudian aku menanak nasi di rice coocker, kemudian aku tinggal untuk menyapu halaman rumah.
Benar saja ibu bangun kesiangan, yaitu pukul 05.45 dan tergesa-gesa ke dapur. “Siapa yang berada diluar? Apakah Shinta?” gumam ibu. “Tumben sekali dia rajin, wah cucian piring sudah tidak ada lantainyapun sudah bersih. Dan apa ini? Sedap sekali baunya,” gumam Ibu. “KEJUTAN!” teriakku sambil berlari dari halaman depan menuju dapur. “Wah, ternyata kamu yang ngerjakan ini semua toh, bangun jam berapa kamu?” tanya ibuku. “Hehe, jam setengah lima, Ma’m. Aku tadi juga ke rumah tetangga buat masakin ini,” kataku. “Hmm, sedap. Anak ibu sudah bisa masak ternyata,” ledek ibuku. “Ah, jangan menghina, Ma’m. Kan ibu sendiri yang mengajari aku,” jawabku.
Setelah itu kami makan bersama. Senang rasanya bisa membuat ibuku tersenyum, pasti kalau ada ibu-ibu datang ibuku pasti akan memujiku di depan mereka. Hahahaaa. Tapi sejujurnya aku capek sekali tadi pagi, ngantuk juga, dingin lagi, apalagi harus cepat selesai. Ternyata seperti itu rasanya jadi ibu apalagi harus mengasuh aku, di tambah lagi ibu bekerja sampai siang, pulang-pulang harus memasak, terkadang pula mencuci baju. Untung saja ibu sudah mencuci baju kemarin, dan aku sudah menyetrikanya. Jadi, aku tadi pagi tidak perlu mencuci baju ibu dan menyetrika baju.
Pantas saja kalau di adakan hari Ibu, karena memang pekerjaan ibu memang sungguh-sungguh berarti bagi keluarga, kalau tidak ada ibu bagaimana jadinya rumah tangga?? Aku tidak bisa membayangkannya.
Maka dari itu hormatilah ibu, dan jangan sampai menyakiti hati ibu dan merepotkan ibu, karena pekerjaan ibu sudah banyak sekali. OK!....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar