Jumat, 29 April 2011

Legenda Banyumudal

  Zaman dahulu kala ada sebuah tempat yang jauh dari keramaian kota Pemalang. Di situ ada seorang wanita yang cantik parasnya dan baik hatinya bernama Rara Juminten. Rara Juminten selain baik hati dia juga santun dan suka menolong. Dia punya kelebihan, dia serba kecukupan dan tak pernah kekurangan air walaupun musim kemarau panjang.
  Pada suatu hari, datanglah beberapa warga desa ke tempat Rara Juminten. Dengan senang hati rara Juminten menerima kedatangan mereka. Seorang diantara mereka berkata, “Selamat siang Rara Juminten, tolong bantulah kami, pada musim kemarau seperti ini kami selalu kekurangan air bahkan akhirnya panen kami gagal karena kekeringan”. “Oh ya saudara-saudara, baiklah saya akan mencoba, namun saya tidak menjanjikan, manusia boleh berusaha, namun hanya Tuhan yang menentukan,” kata Rara Juminten.
  Kemudian Rara Juminten bersemedi selama 3 hari, dalam semedinya ia bertemu dengan Dewi Rantam Sari dan mengatakan, “Warga desa bisa memperoleh air dengan 3 syarat yaitu, dengan mengorbankan jejaka muda, menyediakan rujak polo, dan mengorbankan gadis yang masih suci.” Namun Rara Juminten menawarnya, “Bolehkah syarat itu kami ganti dengan kepala kerbau, bubur sum-sum, dan ayam yang masih dara”. “Ya, baiklah, laksanakan pada tempat yang telah ditentukan, dan jangan lupa sediakan minuman berupa kopi, teh, air kelapa, juga rokok serta kemenyan,” kata Dewi Rantam Sari.
  Lalu Rara Juminten dan warga mempersiapkan. Rara Juminten berkata “Kami mohon bapak-bapak membuat bambu yang runcing untuk menggranggang,”. “Baik Rara,” kata mereka. “Silahkan warga yang lain membawa perlengkapan sesaji dan mengikuti saya,” kata Rara Juminten. Mereka menuju ke suatu tempat dan memendam kepala kerbau lalu menancapi bambu di sekeliling sesaji. Setelah selesai, salah seorang dari mereka berkata, “Mari kita tinggalkan tempat ini,” Rara Juminten hanya berdiam diri dan berharap supaya ada air yang muncul.
  Perlahan-lahan sumber air keluar dari tempat sesaji tadi dan semakin banyak. Melihat ada aliran air yang semakin deras, ada seorang warga yang langsung berlari kearah tempat sesaji “ Wah ada air. Hey kemarilah disini banyak sekali air yang keluar!! Ayo cepatlah kalian semua kesini dan melihat ini semua!!”. Kemudian warga desa yang mendengar teriakan bahwa ada air yang banyak mereka langsung pergi ketempat sesaji, “Wah benar ada air!! kita tidak akan kekeringan lagi. Terimakasih Rara, kau telah membantu kami semua, tanpa bantuanmu air ini tidak akan muncul. Kami semua sangat berterimakasih padamu Rara Juminten,” kata seorang warga.


“Saudara-saudaraku, ini semua berkat Tuhan. Kita harus bersyukur atas semua kejadian ini pada Tuhan, berkatNya lah air ini bisa muncul disini,” kata Rara. “Baik, baik, terima kasih atas nasehatmu Rara Juminten,” kata salah seorang warga.
  Ternyata air tadi mengalir kemana-mana dan sepanjang tempat mengalirnya air tersebut membentuk sebuah sungai dan warga menyebutnya Sungai Granggang, sungai itu ternyata mengalir semakin ke utara hingga sampai pada tempat wisata yang bernama Cempaka Wulung. Dan orang Jawa yang melihat air yang memancar dari tempat sesaji tadi menyebutnya mudal-mudal, maka oleh warga daerah itu dinamai Banyumudal, yang berada di Kabupaten Pemalang tepatnya di Kecamatan Moga.


 Demikian cerita rakyat dari Pemalang. Dan dari cerita tadi dapat kita petik sisi positifnya yaitu, siapapun diri kita walaupun kaya, cantik, dan berkecukupan, selagi kita mampu untuk menolong orang lain dan berbuat baik, maka harus kita lakukan. Sebab akan menghasilkan buah baik bagi orang lain dan diri kita sendiri.
 Sekian dongeng dari saya, apabila ada kata yang kurang berkenan saya mohon maaf dan akhir kata saya ucapkan selamat siang dan terima kasih.